Wednesday, April 22, 2015

Why O Why

Ada teman yang nanya. Kenapa FBku yg lama hilang. Ku jawab saja dengan jujur. Di non aktifkan. Aku lelah dengan segala macam permintaan pertemanan, ajakan kenal jumpa hingga yang bilang suka padahal hanya melihat foto.

Maka kepindahan ke Banda Aceh untuk menemani Ummi adalah berkah yang luar biasa. Semuanya seperti terencana. Aku memutuskan sepenuhnya berhijab dengan benar, aku memutuskan Dodi, aku memutuskan mengalihkan pekerjaanku di butik pada Yesi dan Maysharoh. Menonaktifkan akum medsos ini dan itu. Dan akhirnya aku memutuskan kembali ke Banda bersama Ummi.

Plek. Pas. Fit. Semuanya berjalan sempurna. Tapi kembali ke Banda awalnya saja menyenangkan. Ummi mungkin gembira. Dia berjumpa lagi dengan teman masa gadisnya. Arisan gembira ceria dengan mereka. Jumpa keluarga, makcik ini, yahwa dan nyakwa itu. 

Tapi aku tidak sesenang ummi. Nyaris tidak ada yg kukenal. Banda Aceh bukan tempat yang aku memiliki jejak. Setelah kak Ida meninggal, dan aku menyandang status anak tunggal, bisa dikatakan aku tak punya siapapun yang ku kenal di Banda. Hanya Kay yang sekali dua datang, dan aku sebentar punya teman.

Tapi selain itu, Banda Aceh adalah rimba antah berantah. Setidaknya kesibukan mengurusi usaha membuatku tak punya waktu untuk hal lain. Hanya sekali dalam seminggu aku keluar rumah untuk ikut pengajian, tapi selain itu, aku dalam Invisible Mode.

Begitulah, awalnya semua menyebalkan. tapi semakin lama aku semakin menyukai dunia kecilku yang bebas dari segala kemunafikandan basa basi mereka. Kesendirian mungkin membuatku semakin dekat ke Wempy, dan sering menjadikanku jenuh di awalnya. Tapi sekarang semua tidak lagi begitu. I love being the nobody named Me.

Dan tiba-tiba.

Nana, kenapa ganti nomor, aq dapat dari Kay nomormu.

Nana, ini aq. Nomormu yg lama kenapa.

Mendadak masa lalu muncul mengejar, dan banyak lagi nama-nama lama yang mendadak masuk ke Hpku. Oh Kay, what wrong with you. Aku melepaskan semuanya untuk mencari ketenangan, dan kamu mendadak jadi agen nomor hp dan membagikan nomorku pada mereka.

Katamu karena kamu tak sanggup lagi melihat aku dan kesendirian.  Katamu karena kamu tak sanggup lagi setiap datang ke Banda Aceh, dan menemukan aku hanya berputar seperti gasing abadi dalam kamarku. Oh, please sweet friend, i am fine.

No reply. Itu yang kuputuskan. Aku cuma lelah dengan dunia yang terlalu banyak menuntut harus bergaya begini, harus mengikuti aturan ini itu. Sejujurnya, dalam semua kesendirian ini aku merasa bebas.

Selama ini, bertahun aku mencari yang berteman dengan Nana, bukan karena Nana itu cantik dan punya duit. Bukan juga berteman karena koneksi. Wajahku, tubuhku, semua ini hanya titipan Tuhan. Dan sebelum semuanya diambil kembali, lalu aku menemukan tak punya teman lagi, bukankah sebuah keputusan untuk melepas semuanya.

Mati di puncak karir. Aku lupa siapa artis yang mengatakan itu. Yang jelas dia bunuh diri, tepat di puncak kesuksesannya. Aku tidak berniat bunuh diri. Aku hanya ingin lepas dari semuanya.

Sumber Foto : en.wikipedia.org
Aku jatuh cinta pada Samantha yang dicintai Joaquin Phoenix di film HER. Suaranya yang diperankan Scarlett Johansson begitu mempesona. Aku ingin seperti Samantha. Bisa jadi bukan siapapun yang tidak dikenal dan disayangi karena fisik, wajah, atau harta. Samantha yang hanya program komputer, tanpa wajah, tanpa tubuh, dan dicintai. Dia bahkan bisa berteman dengan banyak orang, tanpa ada yang mempersoalkan siapa dirinya.

Semula ku bayangkan membuka kembali akun sosial media akan menyenangkan, tapi kemudian mulailah, berbagai pertanyaan muncul lagi. Kita bisa jumpa? Kamu tinggal dimana, aku ingin ke rumah? Minta fotomu yang jelas dong? Klo kamu tidak kasih foto, artinya kamu penipu?

Oh, Tuhan. Siapa perduli apa pandangan siapa kamu yang namanya aku pun tahu. Take it or leave it. It just a little dot in time. Remove saja, delete sekalian, i am just nobody untuk kalian. Kita hanya tahu nama, dan sedikit interaksi di socmed. Kalian bebas pakai nama ciebuotakcayanglambut, aku bebas dengan sikapku. Titik. Tanpa koma.

Apakah aku sepenuhnya menghapus diri, tidak juga, pp di akun sosial mediaku masih cukup bisa dilihat, well that's Nana. Ada hidung, punya mata, punya mulut. Aku bahkan sekarang kembali menulis, seperti saran Kay. Dan ternyata, aku suka. Mungkin aku akan mati dalam sepi. Tapi tidak tanpa meninggalkan jejak. Ini kata-kataku, ini caraku meninggalkan jejakku di dunia ini. 

Untuk siapa? bukan kamu, bukan mereka. Hanya agar dunia tak sepenuhnya lupa. Bahwa Nana pernah hidup di muka bumi ini.

1 comment:

  1. Nana, ada rasa menyesal tidak terlalu mengenalmu, ada sedikit sesal selama ini hanya menjadi silernt reader. Dunia tidak akan lupa pada seorang Sarinah bt Yamin, begitupun aku.

    Allah sangat sayang padamu, Na...

    ReplyDelete