Monday, May 11, 2015

Rindu Ini Kutitipkan Pada Langit Saja

Sumber foto: Pinterest.com
Nada deringnya Viva Forever. Pasti Kay. Aku setengah berlari menjemput panggilan masuk itu. Dan riang suaranya membuat siang yang mendung tadi jadi lebih cerah.

"Aku akan menikah, Na." Suara Kay memberikan kabar gembira itu. Dan aku bahagia untuknya. Kayla yang baik, mans, shalihah berhak untuk menjemput pernikahan barakah yg menjadi obsesinya. Di sudut jambo kayu yang baru jadi. Wempy melirik sambil tersenyum. Kami bahagia untuk Kay.

Setelah telpon di tutup. Masih terngiang suara Kay bercerita. Calonnya seorang dai muda. Baru pulang dari Malaysia. Penghafal 28 juz al-Quran. Dengan bidang studi masternya ekonomi islam. Mereka dijodohkan, dipertemukan oleh Bunda Nani, guru mengaji kami di Jakarta. Ah, Kay. Keteguhanmu melepaskan semua dunia kemilau dan menutup diri total mungkin itu yg membuatmu lebih beruntung dibandingkan Nanamu yang harus menyepi di puncak gunung. Menjauh dari dunia ramai, agar tetap waras.

"Kamu akan menemukanya, Na. Laki-laki yang mengisi hatimu dengan ketenangan." Wempy berbisik pelan. Tangannya menjangkau ke udara kosong, lalu menarik biola dari antah berantah. Menjadi sosok khayalan memang membuatnya bisa melintasi realita.

"Kamu tahu aku sudah menemukannya, Wempy." Aku menyandarkan diri pada tiang jambo, Bertumpu pada lenganku. Air danau terlihat membentuk riak-riak kecil. Wempy diam sejenak lalu mulai menggesek senar biola. Aku mengenali nada-nada itu, All I Am, bukan versi Heatwave, tapi ini Yana Julio. 

"Jangan jadi sosok mengesalkan, Wempy." Aku tahu ia menyindir. Wempy tertawa. 

Menemukan tambatan hati bukan sesuatu yang mudah. Dengan segala kesembrawutan pikiranku. Aturan nomor satu adalah dia tidak memicu rasa panik dan membuatku tertekan. Kalau saja bukan itu yang terjadi setiap aku melihat sembilan puluh sembilan persen orang lain, panik dan membuatku ingin lari, syarat itu tentu mudah.

"Dia membuatmu tenang, Na." Wempy melambung-lambungkan biola ke udara. Membiarkannya melayang-layang lalu perlahan turun ke tangannya lagi. "Tapi dia bukan sosok yang bebas. Kamu tahu itu, Na. Karenanya berhentilah bermimpi dia akan menjadi pangeranmu."

Aku tersenyum, seandainya semudah itu. Cukup mengatakan berhenti bermimpi, lalu semua berubah. Seandainya semudah itu. pasti sudah kuperintahkan otakku untuk berhenti mengirim sinyal panik sesukanya.

Wempy mengangkat bahu. Melemparkan biola itu ke udara, yang jatuh kembali sebagai saxophone.
Aku menatapnya, lalu membisikkan permintaan.

"Lagu ku untuknya, Wempy. Please."

Wempy tersenyum. Aku memejamkan mata menikmati tiupan saxophone Kenny G yang di mainkan Wempy. The Way We Were.

Selalu suka lagu ini, setiap aku mengingat dia.

Berika waktu pada dirimu, Na. Atau pada dunia. Lalu kita lihat nanti. Cinta yang lama, atau akan bersemi yang baru. Bisikku menghibur diri. Saat ini, cukup berbahagia untuk Kayla saja.

6 comments:

  1. panjangin lagi, terus kirim ke media Yasmin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yasmin itu siapa? klo pak Yamin sdh ga ada lh di dnia bang yudi

      Delete
    2. wualaaaah.. #tepokjidat
      iya maaf, jadi keingat istri yang namanya yasmin :D

      maksud saya, Nana bukan yasmin :D

      Delete