Wednesday, May 6, 2015

Dunia Kaca

Sumber Foto : Flickr.com
Seandainya aku punya cara mengenyahkan semua ketidak nyamanan, merobek putus jalur mereka yang membuat cemas itu meledak-ledak. Tapi aku tidak bisa. Tidak semudah mereka yang bisa tertawa geli menyikapi semua sebagai candaan konyol.

Duniaku rapuh. Kalau kokoh, aku tak perlu menghabiskan setiap hari dalam perang tanpa henti antara aku dan rasa panik yang menggila nyaris tak bisa ku jaga. Seandainya aku punya kuasa atas itu semua, maka aku sama seperti mereka berjalan santai di bawah cahaya matahari, tertawa dan menikmati gelak konyol kehidupan, mengelilingi meja cafe. Membicarakan semua dalam benderang dan keramaian.

Pada saat kamu mampu melakukan itu semua, kamu tahu itu berarti kamu sudah sembuh, Na. Wempy menjawab sambil tergelak di sampingku.

Iya, Wempy. Kamu benar untuk itu. Ah, tidak, kamu selalu benar selama ini. Kamu pernah mengingatkan bahwa dunia semu yang hadir dari kecerdasan manusia, dunia digital yang membuatku bisa melangkah ke luar sana, adalah dunia yang kejam. Kamu juga sudah mengingatkanku bahwa membuka pintu memasuki dunia itu lagi, bisa jadi akan membuatku kembali berhadapan dengan milyaran kemungkinan yang bisa memicu ketidaknyamanan dalam pikiranku yang kacau.

Dia memang membuatmu kembali merasa diburu, diganggu. Wempy mengingatkan lagi. Tapi dia tak bisa memasuki hidupmu, Na. Kamu harus ingat itu. Dia hanya laki-laki yang tak punya batasan, merasa dirinya hebat, sehingga lupa bahwa dia tak punya hak untuk mengganggu hidup orang lain.

Aku tahu itu, Wempy. Aku, sangat tahu. Tapi bahkan untuk sekadar membuka laptop, memasuki kembali Dunia Kaca yang rapuh itu, Rasa panik tanpa sebab itu muncul. Merangkak naik, mengetuk setiap anak tangga dengan sengaja, supaya Na tahu rasa panik sedang muncul lagi. Kamu tahu seperti apa rasanya Wempy. 

Dunia yang sejak tiga bulan kemarin terasa menyenangkan, sekarang mulai menekan lagi. Aku, sudah lelah Wempy. Aku, mulai merasa Murakami dan Ghibran benar. Bagi beberapa manusia, kehidupan bukan sesuatu yang layak untuk dijalani. Kematian adalah pembebasan.

Mereka tidak akan mau mengerti, Na. Bagi mereka, semua rasa panikmu, bahkan kamu sendiri tak bisa menjelaskan dan mengendalikannya. Bagi mereka semua itu adalah sesuatu yang Harry Potter egois itu akan gunakan sebagai mantra untuk menghadapi Boggartmu. Sesuatu yang menggelikan. Wempy lagi-lagi mengatakan apa yang aku pikirkan.

Aku tahu Wempy. Karenanya kami hidup di dua dunia yang berbeda. Mereka dengan dunia yang bukan tanpa masalah tapi tidak perlu menghadapi panik yang tak beralasan. Dan aku, di balik kaca jendela, memandangi dunia mereka. Kita sama-sama tahu, Wempy. Alasan Ummi membawaku ke pegunungan ini. Gadis sakit jiwa yang berharap sembuh, dan keterasingan adalah obat awal untuk menata hati yang retak-retak.

Jangan menjadi orang yang membenci Jerman karena seorang Hitler, Na. Wempy mengatakan itu sambil menunjukkan kertas bertuliskan Captain Amerika. Kamu ingat dialog di film ini? Bahwa banyak orang lupa, negara yang pertama di serang Nazi, adalah Jerman.

Kamu betul, Wempy. Satu kulit pisang busuk itu seharusnya tak perlu membuatku tak bisa melihat orang-orang baik yang tulisannya memberi semangat. Mereka orang-orang baru bagiku, Wempy. Dan mereka, hampir semuanya, adalah orang-orang baik. Seharusnya aku bisa dan tak melupakan itu.

Jadi bagaimana menurutmu. Wempy. Apakah ku posting saja tulisan ini? Bagaimana kalau pengganggu itu semakin menjadi?

Postingkan saja, Na. Tanpa ini, dia sudah mengganggu. Mungkin bagi orang terkucil seperti dia, menemukan orang yang bisa dihancurkan adalah kegembiraan, mungkin bagi dia bila satu waktu kamu akhirnya kehilangan kendali, dan hancur, adalah kegembiraan. Orang-orang yang bangga bisa membuat orang lain menderita, tak bsa kita enyahkan. mereka hidup dari kegembiraan itu.

Ah, Wempy. Kamu selalu tahu apa yang harus kamu sampaikan untukku. Kalau saja kamu bisa memelukku. Memegang tanganku. Dunia ini akan terasa lebih indah ntuk kita.

Kamu tahu, Na. Aku ingin bisa mengabulkan pintamu itu. Tapi kita sama-sama tahu. Wempy ini Na, Wempy yang menyayangimu apa adanya, hanya sosok yang kamu ciptakan. Wempy hanya hidup dalam pikiranmu.

Aku tahu Wempy. Dan mungkin satu hari nanti, dunia akan mendengar cerita kita. Mungkin Nanamu ini akan mati sendiri dalam kamar ini. Ah, tidak sendiri. Aku akan mati sambil tersenyum dan memelukmu, Wempy yang Nana sayangi.

No comments:

Post a Comment