Friday, June 12, 2015

Dia dan Senyum Dalam Sepi

Pixshark.com
Mendengarkan lagu seperti itu bukan cara yang baik untuk mengawali hari, Na. Wempy berbisik lembut mengingatkan.

Aku tersenyum. Mendengarkan Memorynya Kim Bum So, memang bukan cara untuk meningkatkan mood. Lagu sedih begini bukan kategori mood lifting songs. Tapi Na suka. Hidup ini tidak selalu ceria, dan seperti lagu ini, tidak ceria juga bisa dinikmati.

Kamu ingat dia lagi,Na. Wempy bertanya sambil berbaring disampingku. Aku melirik dan melihatnya terlentang memandangi langit-langit kamar. Dua hari kemarin, kami sibuk menggeser tempat tidur, pas disamping jendela. Aku sekarang bisa berbaring sambil memandangi danau di bawah sana.

Aku mengangguk mengiyakan. 

Bukankah kamu seharusnya belajar melupakan dia, Na. Wempy bertanya lagi.

Aku sudah mencoba selama empat tahun, dan tidak berhasil. Lalu kenapa aku harus menghabiskan waktu yang sia-sia dengan mencoba lagi melupakannya. Dia tidak akan menjadi pangeranku di dunia nyata, Wem. Tapi dia akan selalu menjadi pangeran dihatiku.

Oke, itu hakmu. Wempy menjawab, tapi terus memandnagi langit-langit. Tapi seharusnya mengingat seseorang yang kita sayangi akan lebih indah dengan lagu yang indah.

Aku sedang mengingat salah satu hariku bersamanya. Kamu mungkin ingat hari itu, Wem.

Wempy diam sejenak. Aku tahu dia menyusuri ingatanku, dan menemukan hari yang sedang kuingat.
Wempy berbalik menatapku lalu berbisik lembut. Aku tahu hari itu, Na.

Aku mengalihkan pandangan dari Wempy dan raut wajah sedihnya. Memandangi danau yang kemilau bertabur berlian cahaya dipermukaannya. Lalu memejamkan mata. Membiarkan waktu berputar kembali ke masa lalu. Dan ketika membuka mata, aku kembali berada di kelas.

Aku melihat sekeliling. Kelas baru selesai. Semua sibuk dalam percakapan, merencanakan akan ke cafe mana, atau sekedar makan apa sebelum isirahat, secangkir kopi atau soda mungkin. Semua berbicara dengan teman disampingnya. Kayla juga menanyakan hal yang sama, aku menjawab seadanya untuk ajakannya memesan pizza. Seafood, jawabku untuk toping yang aku mau. Tapi mataku terpaku pada Dia.

Sendirian merapikan buku, perlahan membereskan beberapa kertas catatan, mematikan proyektor, menyimpan laptop, bahkan membersihkan papan tulis. Tidak ada yang berbicara dengannya. Aku terus memperhatikan dia berjalan keluar ruangan, berhenti sejenak di pintu. Untuk sesaat dia memandangi seluruh kelas, lalu kami bertatapan. Dia tersenyum. Lalu menutup pintu.

Aku baru sadar waktu itu, Wem. Dia selalu sendiri. Kalau waktu makan, duduk sendiri di sudut restoran. Aku tak pernah melihat dia ramai dikelilingi teman ketika sarapan pagi. Dia selalu sendiri. Tapi dia selalu punya senyum untuk siapapun. Dia selalu membagikan keceriaan dengan candanya. Tapi selain itu, dia selalu sendiri.

Wempy tak menjawab. Hanya bertopang dagu, memandangi danau.

Sebagian dari kita menghabiskan waktu untuk melupakan sepi, Na. Tapi dia, kamu tahu aku pikir dia sudah terbiasa dengan sepi. Dia memang hidup dalam kesepian yang tidak pernah terputus. Dan karena itu dia bisa tetap tersenyum.

Dia sudah menerima kesepian itu, Wem. Ujarku pelan, air mata tak bisa kutahan mengalir. Karena aku ingat bagaimana dia selalu ada untuk kami, bagaimana seminggu kebersamaan itu dia selalu punya berjuta-juta cara untuk menyemangati kami. Bahkan ketika kami jenuh dengan materi kelas yang menumpuk dan berat. Dia selalu punya bahan untuk membuat yang lain tertawa.

Kamu tahu, Na. Wempy membelai rambutku. After all, kesepian itu bukan sesuatu yang terlalu buruk bila kita bisa menerimanya. Pada akhirnya kita memang akan sendiri Na. Akhir dari semua perjalananan ini, adalah sendiri. Hanya ada kita dan diri kita.

Kamu, akan meninggalkan aku juga, Wem. Kamu akan membiarkan Nanamu sendirian juga.

Wempy tersenyum, tangannya mengacak-acak rambutku. Aku tak pernah ada, Na. Aku hanya banyangan dalam kepalamu. Aku tak bisa meninggalkanmu, bahkan kalaupun aku ingin.

Dan itu membuatku tak tahu harus bersikap seperti apa, Wem. Apakah harus gembira atau sedih.

Wempy tertawa, ia menjentikkan jari. Dan entah dari mana ada lagu yang mengalun. Ah aku suka lagu itu, Holding Back The Tears. Lagu yang cocok untuk menemani tidur. Aku mengantuk. Sepertinya obat yang kuminum pagi ini mulai bereaksi. Aku ingin tidur yang nyeyak, mungkin sambil memimpikan dia. 

Kamu tahu Wem, sometimes its better to be alone. Nobody can hurt you.

6 comments:

  1. hiiii makin kemari ceritanya makin misterius ya Na :D

    ReplyDelete
  2. hiiii makin kemari ceritanya makin misterius ya Na :D

    ReplyDelete
  3. Sendiri itu bukan berarti kesepian. Kalau sendiri bisa dinikmati, ada kenyamanan disitu.
    "Banyak yg terkagum pada berbagai tulisan dan buku, padahal banyak diantaranya adalah buah pikiran mereka yg menghabiskan hari dalam sunyi, sepi, berlelah terpisah dari yang lain untuk menuliskan apa yg mereka pikirkan."
    Itu kutipan dari penulis besar Rh. Fitriadi, teman saya

    ReplyDelete
  4. Your blog is very useful for me,Thanks for your sharing.

    หนังออนไลน์

    ReplyDelete