Tuesday, April 21, 2015

Aku, Kay dan Old Baby

Sumber Foto : www.aquila-style.com
Kay, ada begitu banyak cerita yang kita alami. Dari ibu kota hingga kembali lagi ke kampung halaman. Dan bukankah itu sudah kita sangka akan terjadi. 

Sejak hari aku memutuskan melepaskan status tak berujung antara aku dan Dodi, dan kamu Kay, memutuskan berhijab. Kayla yang bintangnya kantor kalian yang megah itu, Kayla yang pernah ditawari jadi manager pemasaran hanya karena curva tubuh yang wow, Kayla yang tersenyum ketika mereka yang patah hati masih memandang dengan mendamba.

Dan kamu mengejutkanku. Bukan hanya memilih berhijab, kamu memilih yang berat. Sampai hari ini aku masih memandangmu kagum, ketika menyusun menata dan mengulurkan jilbab super lebarmu, lalu dengan anggun mengaitkan cadar menutupi paras sempurnamu.

Kamu ingat Kay. ketika bunda Neno dipengajiannya memelukmu bahagia. Juga mengecup pipiku senang. Hari itu aku datang dengan jilbab yang benar. Tapi kamu mengejutkan semua dengan cadarmu. Aku masih kagum dengan keberanian yang belum aku miliki itu.

Tapi Kay, ketika di Jakarta mereka hanya memandang sinis. Justru di kampung halaman kita mendapat kejutan. Aku tak melupakan, dan tak akan melupakannya. Di cafe tempat kita menikmati dua cangkir hot chocolate, bagaimana seorang laki-laki yang tak lagi muda, berbicara dengan teman semejanya sambil melirikmu. Berkata tak senonoh, soal apakah dibalik jubah tebal lebarmu, kamu mengenakan pakaian dalam atau tidak.

Aku sudah memastikan akan menyiramkan coklat yang masih sangat panas, tapi kamu Kay. Menjawab kekurang ajaran itu dengan ketenangan. Matamu masih tersenyum ramah,ketika mendekati bayi tua tak beradab itu.

" Saya mencari suami yang mampu melamar saya dengan mahar seperangkat alat shalat, menghafal Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Ar-Rahman, Al-Kahfi dan Juz 30, memahami Hadits dan Sunnah Rasul. Bila anda mampu, lamar saya. Dan anda tidak perlu berdosa karena bertanya soal aurat seorang muslimah, yang bukan mahram anda."

Bukan hanya aku Kay, tapi perempuan-perempuan dimaja sebelahnya juga bertepuk tangan. Aku yakin mereka mendengar kata-kata tak senonohnya, juga jawabmu. Kamu Kay, selalu membuatku iri. Entah apa isi kepalamu, tapi kamu selalu bersungguh-sungguh untuk apapun yang kamu kerjakan. Dan hijrah kita, lagi-lagi kamu melampauiku. Aku masih ingat, di dalam perjalanan kamu membisikiku tentang An-Nahl 125. 

Hari ini Kay, ceritamu jadi postingan kedua di blogku. Ya Kay, mengikut saranmu untuk menjadikan segala carut pikiranku tertulis dan melepaskan kekang beban, aku menulis lagi. 

2 comments:

  1. keren keren... klo di sambung, mungkin jadi ayat2 cinta versi baru nih ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh, ga deh mas yudi, kisah hidup kami ini apalah, disanding dengan karya kang abik sih serasa abon kiloan dibanding dengan steak kelas bintang lima.

      Delete